🎇 Salamatul Insan Fi Hifdzil Lisan

Teringatbeberapa tahun yang lalu diberikan mahfudzot yaitu "Salamatul insan fi hifdzil lisan" yang memiliki arti bahwa, keselamatan manusia itu ada dalam seseorang menjaga lidahnya. Lidah memang tak bertulang, tetapi ketajamannya melebihi dari sebuah pedang. Menjaga serta memagement lidah tentunya menjadi sangat penting bagi seorang muslim. salamatul Insan Fi Hifdzil Lisan" (Keselamatan manusia tergantung pada memelihara lisanya) Persekusi atau ujaran kebencian akhir-akhir ini banyak sekali dilakukan oleh masyarakat, kegiatan ini diakibatkan dari keterbukaan sistem informasi dan kebebasan berbicara, tidak ada batasan bagi siapa pun untuk tidak berbicara bahkan kebebasan berbicara dapat melampaui kritik yang mempunyai daya SalamatulInsan fi Hifdzil "Postingan". Kecenderungan "masyarakat sosmed" sekarang, pada umumnya adalah KAGETAN. Iya, kagetan, karena memang banyak sekali informasi masuk dari mata ke otak yang belum pernah dilihat, diraba diterawang , dan diketahuinya. Nah, tinggal bagaimana menyikapi kebiasaan KAGETAN ini menjadi lebih postif. Salamatulinsan fi hifdzil lisan. Ku rohaka-rohakana balukar tina basa, tepi ka apan kanjeung Nabi mah ngajantenkeun ngariksa basa teh totonden tina tangkal kaimanan. Man kana yu'minu billahi wal yaomil akhiri fal yaqul khairon au liyashmut. Mun jalma ngaku iman ka Alloh jeung poe ahir, tanwande kudu nyarita hade, mun teu bisa leuwih alus repeh! Ketiga ulama'dan umaro harus selalu hadir dalam setiap nafas kehidupan berbangsa dan bernegara dengan semangat perdamaian dan kerukunan. "salamatul insan fi hifdzil lisan," selamatnya seseorang karena menjaga lisannya. Ini amanah PBNU pada 7 November 2016 lalu, bahwa semua harus saling menjaga, untuk kedamaian dan keutuhan NKRI. Salamatul Insan Fi Hifdzil Lisan", sungguh selamatnya seseorang adalah ketika dia sanggup menjaga lisannya dari menyakiti orang lain Ketika seseorang menghina orang lain maka sudah pasti di hatinya Merekaharus menyadari bahwa keselamatan orang berada dalam kemampuannya menjaga lisan (salamatul insan fi hifdzil lisan). Dan lisan adalah modal utama pendakwah dalam menyebarkan kebenaran yang sinergis dengan keramahan dan keharmonisan. Kolom terkait: Kaleidoskop 2017: Tahun Keprihatinan Beragama Salamatulinsan fi hifdzil lisan, selamatnya manusia tergantung bagaimana ia mampu menjaga lisannya. Allah SWT menyeru kepada kita untuk selalu berkata benar, niscaya Allah akan memperbagus amalan kita, mengampuni dosa kita dan menunjukkan kepada kita kemenangan yang besar: Padahal secara teologis bahaya fitnah maupun kebohongan sebenarnya sudah diingatkan oleh sebuah pepatah Arab-Syria yang menyatakan, "Salamatul insan fi hifdzil lisan" --keselamatan seseorang . menjadi orang besar dan terpandang bukan di tentukan oleh jabatan dan seberapa banyak harta yang di miliki tapi lebih kepada bagaimana orang itu bisa lebih menghargai orang yang lebih rendah di bawahnya dan membantu mereka. hidup itu seperti roda,berputar silih berganti,banyak hal dari orang lain yang kadang kita tidak mengerti jangan pernah memandang orang dari sisi luar saja/fisik,cobalah untuk belajar menghargai orang lain jika memang ingin di hargai oleh orang lain. Salamatul Insan Fi Hifdzil Lisan 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID Oa-FSV2o4AH2S7co8UpE550Ha96YjmRHEblnDRMawEOMsAhtsU1Inw== Oleh Muhbib Abdul Wahab Salah satu nikmat Allah SWT yang sangat berarti bagi interaksi sosial adalah lisan. Dengan lisan manusia berbahasa, berdialog, dan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan lisan pula Rasul SAW menyampaikan pesan-pesan Ilahi kepada umatnya. Hanya saja, tidak semua lisan termenej dengan baik. Kadang lisan digunakan untuk kebaikan. Tidak jarang pula lisan digunakan untuk memproduksi kata-kata kotor, fitnah, caci maki, teror, dan sebagainya. Padahal, menurut sebuah pepatah “Mulutmu adalah harimaumu”. Karena itu, manajemen lisan menjadi sangat penting. Sebuah pepatah Arab menyatakan “Salamatul insan fi hifzhil lisan” Keselamatan manusia itu sangat tergantung pada pemeliharaan lisan.Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Turmudzi, Nabi SAW pernah duduk bersama 'Aisyah RA. Tiba-tiba Sofiah Binti Huyai, istri beliau, datang menemui keduanya. 'Aisyah terlihat agak cemburu, dan berkata kepada beliau "Cukuplah dia Sofiah yang pendek itu untukmu!" Nabi langsung menegur keras 'Aisyah "Engkau sungguh telah mengeluarkan kata-kata yang jika dicampurkan dengan air laut, niscaya airnya menjadi sangat keruh!".Teguran Nabi SAW tersebut menunjukkan bahwa siapapun, termasuk istri beliau sendiri, harus berhati-hati dalam menggunakan lisannya. Jika tidak, maka lidah yang tidak bertulang itu dapat menimbulkan bencana. Sebuah syair Arab menyatakan "Jagalah lisanmu jika engkau berbicara, sebab lisan dapat membawa bencana. Ketahuilah bahwa bencana itu sangat bergantung pada lisannya." Karena itu, Nabi SAW bersabda "Tidak akan lurus iman seorang hamba sebelum lurus hatinya, dan tidak akan lurus hati seorang hamba sebelum lurus benar lisannya." HR Ahmad.Menjaga dan memanej lidah sangat penting bagi setiap Muslim. Indikator keberislaman seseorang, antara lain, terletak pada kemampuannya menjaga lidah untuk tidak digunakan untuk berkata kotor, menyakiti hati orang lain, memfitnah, memprovokasi, mengadu domba, dan sebagainya. "Yang disebut Muslim adalah orang yang lisan dan perbuatan tangannya membuat orang lain aman dan selamat." HR Muslim. Karena itu, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata baik atau diam." HR Al-Bukhari dan MuslimSetidaknya ada lima cara mudah untuk memanej lisan agar apa yang diucapkan itu tidak sia-sia. Pertama, jangan berkata kalau tidak bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kedua, carilah waktu, kata-kata dan situasi yang tepat untuk berbicara. Artinya berbicaralah sesuai dengan keperluan. Karena itu, jangan terlalu banyak berbicara, sebab "Sebaik-baik perkataan adalah yang singkat tapi padat dan efektif tepat sasaran, bermakna HR At-Tabarani.Ketiga, iringi setiap perkataan dengan dzikir kepada Allah agar tidak berlebihan dalam berbicara. "Janganlah engkau banyak berbicara tanpa dzikir kepada Allah, sebab banyak bicara tanpa dzikir kepada Allah dapat mengeraskan hati. Sementara, orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras." HR At-Turmudzi.Keempat, jangan suka mengobral janji ketika berbicara, karena berjanji itu lebih mudah terutama bagi yang sedang berkampanye daripada menepatinya. Jika perkataan seseorang tidak lagi dapat dibuktikan dengan perbuatannya, maka terjadilah krisis kepercayaan dan menyebabkan kemurkaan Allah. "Hai orang-orang beriman, mengapa engkau mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan." QS Ash-Shaff [61] 2-3.Kelima, jauhi ghibah membicarakan aib orang lain dan perkataan tidak terpuji karena hal ini dapat mengundang keterlibatan setan untuk membumbui dan memprovokasi. Karena itu, carilah mitra bicara yang tidak suka melakukan ghibah. Menjauhi ghibah merupakan pangkal keselamatan. 'Uqbah Bin 'Amir pernah bertanya kepada Nabi SAW "Apa itu keselamatan?" Nabi menjawab "Kendalikan lisanmu, berusahalah untuk kebutuhan rumah tanggamu, dan tangisilah kesalahanmu." HR At-Turmudzi.Jadi, memanej lisan untuk kebaikan dan kemasalahatan diri sendiri dan orang lain merupakan kunci keberhasilan dan keselamatan kita semua. Karenanya, kita harus mensyukuri nikmat lisan ini hanya untuk kebaikan, bukan untuk menebar fitnah, kebencian, dan kemaksiatan.

salamatul insan fi hifdzil lisan